Mengenali, Dampak dan Cara Mengatasi Menjadi People Pleaser

Selamat datang dalam pembahasan yang menarik tentang konsep “people pleaser adalah.” Dalam perjalanan kita untuk memahami lebih dalam tentang fenomena ini, kita akan menjelajahi lanskap yang melibatkan hubungan sosial, dinamika individu, dan psikologi. Terkadang, keinginan untuk membuat orang lain senang dapat memberikan kepuasan dan harmoni, tetapi pada saat yang sama, itu juga bisa menjadi tantangan yang memengaruhi keseimbangan dalam kehidupan kita.

Kami akan membahas berbagai aspek yang terkait dengan “people pleaser,” mulai dari motivasi mendasar hingga efek jangka panjang dari perilaku ini. Saya akan mendampingi Anda melalui perjalanan ini dengan memberikan wawasan ahli sekaligus tetap bersahabat, agar Anda dapat memahami fenomena ini secara mendalam tanpa merasa terjebak dalam dinamika yang mungkin rumit.

Jika Anda siap, mari kita mulai perjalanan ini dengan membahas akar dari kecenderungan menjadi “people pleaser” dan bagaimana hal tersebut memengaruhi cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Pengertian People Pleaser

Dalam buku “Psikologi Sosial” oleh W. A. Gerungan Dipl. Psych., dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain dalam setiap aspek kehidupan mereka. Interaksi ini bukan hanya sekadar menemani satu sama lain, tetapi juga melibatkan bantuan dan dukungan saat menghadapi kesulitan. Namun, terkadang kondisi ini bisa diartikan secara keliru ketika beberapa individu meletakkan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaan diri mereka sendiri.

Beberapa orang mungkin menganggap perilaku ini sebagai hal yang wajar, tetapi pada kenyataannya, jika terus-menerus mengabaikan kebutuhan pribadi demi kebahagiaan orang lain, perilaku ini dapat merugikan diri sendiri secara emosional dan mental. Fenomena ini dikenal sebagai “people pleaser.” Menurut Susan Newman, seorang psikolog dari Amerika Serikat, “people pleaser” adalah contoh masalah yang sering terjadi di kalangan orang dewasa, terutama karena adanya rasa khawatir atau tidak enak saat berhadapan dengan harapan atau permintaan orang lain.

Seorang “people pleaser” cenderung selalu mengucapkan ‘Ya’ dalam situasi apapun dan menghadapi kesulitan dalam menolak permintaan orang lain. Tujuan mereka adalah membuat orang lain merasa senang dan puas dengan mereka, tetapi ironisnya, perilaku ini seringkali mengakibatkan pengorbanan terhadap diri sendiri.

Dalam sebuah artikel yang telah diverifikasi oleh Danielle Wade LCSW, seorang penasihat medis di Colorado, pada Medical News Today, istilah “people pleaser” sebenarnya bukanlah istilah medis yang resmi. Namun, istilah ini menggambarkan individu yang secara konsisten berusaha untuk menyenangkan orang lain, bahkan jika hal tersebut berarti mengabaikan kebutuhan dan keinginan pribadi.

Kebanyakan orang memiliki keinginan untuk dicintai dan dihargai dalam interaksi sosial. Sebagai akibatnya, banyak orang terkadang menyesuaikan perilaku mereka demi menjaga harmoni dalam hubungan sosial. Keinginan untuk membantu orang lain adalah karakteristik alami manusia, tetapi terkadang ini memerlukan pengorbanan seperti memberikan waktu, uang, atau usaha untuk tujuan bersama.

Seorang “people pleaser” selalu merasa perlu untuk menjadi seperti yang diharapkan oleh orang lain. Mereka sering menyembunyikan perasaan asli mereka atau selalu setuju untuk membantu, meskipun sebenarnya mereka tidak sepenuhnya setuju. Meskipun mungkin merasa senang setelah membuat orang lain senang, kepuasan ini cenderung bersifat sementara dan tidak memberikan kepuasan jangka panjang. Pada akhirnya, perilaku ini merugikan individu tersebut karena mereka memiliki sedikit waktu untuk memperhatikan diri sendiri dalam prosesnya.

Ciri-Ciri People Pleaser

Dalam pandangan dari Psychology Today, terdapat sejumlah ciri khas dari seorang “people pleaser” yang dapat diidentifikasi:

1. Selalu Setuju dengan Pendapat Orang Lain

Kemampuan untuk selalu berpendapat setuju dengan orang lain adalah karakteristik seorang “people pleaser.” Meskipun terkadang itu adalah keterampilan sosial yang baik, namun menjadi masalah ketika penegasan setuju tersebut bukan karena kehendak sendiri, melainkan semata-mata untuk mencari persetujuan dan kesukaan dari orang lain.

2. Menanggung Tanggung Jawab atas Perasaan Orang Lain

Merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain adalah tanda kuat bahwa seseorang adalah “people pleaser.” Ini cenderung menyebabkan mereka merasa wajib hadir dan membantu orang lain, bahkan ketika seharusnya setiap individu bertanggung jawab atas perasaannya sendiri.

3. Permintaan Maaf Berlebihan

Seringkali meminta maaf secara berlebihan adalah ciri lain dari “people pleaser.” Mereka sering kali merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri, dan takut akan kritik, yang mengakibatkan mereka terus-menerus meminta maaf.

4. Selalu Menyesuaikan Diri

Sebagai “people pleaser,” cenderung mengikuti keinginan orang lain meskipun itu bukan apa yang sebenarnya diinginkan. Ketika kamu melakukan sesuatu hanya karena berpikir orang lain mengharapkannya, ini bisa menjadi pertanda bahwa kamu terjebak dalam pola perilaku ini.

5. Kesulitan Mengatakan “Tidak”

Salah satu ciri yang khas dari “people pleaser” adalah kesulitan untuk mengatakan “tidak.” Mereka cenderung selalu bersedia melakukan apa pun meskipun itu berada di luar batas kemampuan atau keinginan mereka. Pekerjaan di luar tanggung jawab atau jam kerja pun akan dijalankan demi menghindari menolak permintaan dari atasan.

6. Kerinduan Akan Pujian

Ciri lain yang sering kali muncul pada “people pleaser” adalah kerinduan yang besar terhadap pujian dan validasi dari orang lain. Mereka membutuhkan pengakuan untuk merasa berharga dan percaya diri, bahkan jika mereka sudah melakukan pekerjaan dengan baik.

7. Menghindari Konflik

Menghindari konflik adalah perilaku yang umum bagi “people pleaser.” Bahkan jika melihat kesalahan orang lain, mereka mungkin enggan menghadapi situasi tersebut agar tidak menimbulkan gesekan.

8. Merasa Bersalah Ketika Marah

Seorang “people pleaser” bahkan merasa bersalah saat merasa marah pada orang lain, walaupun marah tersebut bisa menjadi reaksi yang wajar. Mereka terbiasa merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain, bahkan jika itu berarti mereka harus menahan perasaan marah.

9. Menyembunyikan Perasaan Tersakiti

Sering kali, “people pleaser” enggan mengakui perasaan sendiri saat merasa tersakiti oleh orang lain. Mereka cenderung menerima perlakuan buruk agar tetap dapat membuat orang lain bahagia.

10. Merasa Bersalah Menentukan Batasan

Menurut Choosing Therapy, seorang “people pleaser” bahkan merasa bersalah saat menetapkan batasan untuk diri sendiri. Mereka lebih merasa bahwa orang lain membutuhkan mereka lebih daripada diri sendiri, sehingga enggan menetapkan batasan demi membantu orang lain.

Penyebab Seseorang Menjadi People Pleaser

Berikut adalah beberapa penyebab yang dapat menyebabkan seseorang menjadi “people pleaser”:

1. Rasa Kurang Berharga

Orang yang merasa kurang berharga dibandingkan orang lain cenderung menganggap bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak begitu penting. Mereka mungkin kehilangan pandangan tentang apa yang mereka sendiri inginkan. Selain itu, mereka mungkin merasa bahwa tujuan hidup mereka hanya berarti jika mereka mampu membantu orang lain.

2. Kecemasan yang Berlebihan

Seseorang yang berjuang untuk menyenangkan orang lain mungkin karena mereka takut akan penolakan atau konflik. Sebagai contoh, individu dengan kecemasan sosial dapat merasa terpaksa melakukan segala yang diinginkan oleh teman-teman mereka agar tetap diterima dan disukai.

3. Menghindari Konflik

Orang yang merasa takut akan konflik cenderung menggunakan perilaku menyenangkan orang lain sebagai cara untuk menghindari konfrontasi. Ini menjadi cara mereka untuk menjaga ketenangan dan menghindari perselisihan.

4. Pengaruh Budaya dan Sosialisasi

Budaya keluarga, komunitas, atau bahkan negara dapat berpengaruh pada perilaku seseorang terhadap orang lain dan diri sendiri. Beberapa budaya mungkin mengajarkan bahwa mengabaikan kebutuhan diri sendiri demi orang lain dianggap sebagai tindakan mulia.

5. Ketidaksetaraan Sosial

Bentuk-bentuk ketidaksetaraan sosial bisa memperkuat ide bahwa sebagian orang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus, seorang wanita mungkin merasa bahwa tanggung jawabnya adalah memprioritaskan dan mengabdi pada pasangannya.

6. Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian merupakan kondisi mental jangka panjang yang dapat berkontribusi pada pola “people pleaser.” Sebagai contoh, gangguan kepribadian dependen menyebabkan seseorang merasa sangat bergantung pada orang lain untuk mendapatkan bantuan dan persetujuan dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka mungkin bahkan membutuhkan pendapat orang lain untuk membuat keputusan sehari-hari, seperti memilih pakaian.

7. Pengalaman Trauma

Beberapa orang bahkan mungkin mengadopsi perilaku “people pleaser” sebagai hasil dari pengalaman trauma. Dalam upaya untuk mendapatkan kasih sayang dan pengakuan dari orang-orang yang mereka takuti, mereka mungkin rela melakukan apapun untuk menyenangkan orang lain sebagai cara untuk bertahan hidup.

Dampak Negatif Menjadi People Pleaser

Berikut adalah beberapa dampak negatif yang bisa muncul akibat menjadi “people pleaser”:

1. Mengorbankan Kesejahteraan Diri Sendiri

Salah satu dampak negatif pertama dari perilaku “people pleaser” adalah mengorbankan kesejahteraan pribadi. Karena kesulitan menolak permintaan orang lain, kamu mungkin terjebak dalam memenuhi segala permintaan, bahkan jika itu berarti membebani diri sendiri. Contohnya, bisa jadi kamu menerima tanggung jawab tambahan di tempat kerja meskipun tugasmu sudah sangat padat.

2. Terjebak dalam Tekanan dan Ketenangan Palsu

Dalam usaha untuk menyenangkan orang lain, sering kali kamu akan mengambil keputusan yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginanmu. Hal ini bisa berakibat pada perasaan tertekan dan ketidakbahagiaan yang tersembunyi. Meskipun tampak tenang di permukaan, kamu mungkin merasa terpaksa dan tidak puas dengan pilihan yang diambil. Merasa harus selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain bisa menghalangi pencapaian kebahagiaanmu sendiri.

3. Rentan Terhadap Kelelahan Mental dan Fisik

Polanya yang terus-menerus dalam menyenangkan orang lain bisa mengakibatkan kelelahan mental, emosional, dan bahkan fisik. Seiring waktu, perilaku “people pleaser” bisa memicu stres, burnout, depresi, dan kekecewaan terhadap diri sendiri. Mengatasi dampak-dampak ini bisa lebih sulit ketika mereka mulai berdampak negatif pada kesehatan fisikmu.

4. Rentan Dimanfaatkan oleh Orang Lain

Sebagai “people pleaser,” kamu dapat menjadi sasaran potensial untuk dimanfaatkan oleh orang lain. Kebiasaan selalu siap membantu dan mengatakan ‘iya’ bisa memberikan kesan bahwa kamu mudah untuk ditarik tali. Sebaliknya, jika kamu lebih tegas dalam mengatakan ‘tidak’, orang lain akan lebih berpikir ulang sebelum meminta sesuatu dari kamu.

5. Menurunnya Integritas Pribadi

Sebagai “people pleaser,” kamu mungkin cenderung menutupi kebenaran atau menghindari konflik agar perasaan orang lain tetap terjaga. Selain itu, kamu mungkin merasa tidak nyaman untuk menghadapi seseorang yang melakukan kesalahan. Ini bisa mengakibatkan penurunan integritas, terutama dalam hal berbicara jujur dan mempertahankan nilai-nilai pribadi.

6. Keterbatasan Pertumbuhan Pribadi

Ketika kamu terlalu fokus pada keinginan orang lain, kamu mungkin mengabaikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi dan pembangunan kepercayaan diri. Dampak negatif dari “people pleaser” adalah potensi terlewatkannya peluang untuk berkembang dan menghormati diri sendiri.

7. Pengorbanan Hubungan yang Seimbang

Perilaku “people pleaser” bisa mengarah pada pengorbanan dalam hubungan yang seimbang. Fokus yang berlebihan pada kebutuhan orang lain seringkali mengakibatkan ketidakseimbangan dalam memberikan dan menerima dalam hubungan interpersonal. Ini bisa merugikan hubungan Anda dalam jangka panjang.

Cara Mengurangi Sifat People Pleaser

Jika kamu sudah menyadari kecenderungan menjadi “people pleaser” dalam dirimu, ada beberapa cara yang dapat diambil untuk mengatasi hal tersebut:

1. Belajar untuk Berkata Tidak

Mulailah dengan belajar untuk mengatakan ‘tidak’ dalam situasi tertentu. Kamu bisa melakukannya secara perlahan, mulai dari hal-hal kecil. Ini termasuk mengungkapkan pendapatmu dengan tegas. Meskipun reaksi negatif dari orang-orang yang biasanya memanfaatkanmu mungkin terjadi, ingatlah bahwa menempatkan dirimu sendiri sebagai prioritas bukanlah hal yang buruk. Penting untuk tetap sopan dalam menolak.

2. Tingkatkan Kepercayaan Diri

Meningkatkan kepercayaan diri adalah langkah penting dalam mengurangi sifat “people pleaser.” Terdapat berbagai teknik yang bisa dicoba, seperti bergabung dengan komunitas yang mendukung tujuanmu, menerapkan afirmasi positif secara rutin, dan mengakui nilai-nilai positif dalam dirimu. Ingatlah bahwa kamu memiliki nilai dan kualitas yang perlu dihargai oleh orang lain.

3. Ingat Dampak Buruk

Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi kebiasaan yang tidak sehat adalah dengan mengingat dampak buruk atau konsekuensinya. Jika kamu terlalu sering mengorbankan diri sendiri, ingatlah bahwa hal tersebut bisa mengarah pada kelelahan atau bahkan masalah kesehatan. Dengan selalu mengingat dampak negatif ini, kamu akan lebih termotivasi untuk melakukan perubahan.

4. Jangan Ragukan Permintaan Bantuan

Jika kamu ragu untuk meminta bantuan atau menolak permintaan, ingatlah bahwa meminta bantuan adalah hal yang wajar. Setiap orang memiliki tanggung jawabnya sendiri dalam pekerjaan. Jangan takut untuk meminta bantuan jika diperlukan. Rekan kerjamu mungkin dengan senang hati membantu atau menawarkan dukungan. Jika ada penolakan, itu tidak berarti mereka akan selalu menolak. Kadang-kadang, mereka mungkin sibuk pada saat itu.

5. Berbicara dengan Orang Lain

Jika usaha-usaha sebelumnya tidak memberikan hasil yang diharapkan, pertimbangkan untuk berbicara dengan orang-orang terdekatmu. Bisa jadi mereka juga pernah menghadapi masalah serupa dan memiliki saran berharga. Jika masalah “people pleaser” sangat mengganggu keseimbangan emosionalmu, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional yang bisa memberikan panduan dan dukungan yang lebih spesifik.

6. Tetapkan Prioritas

Ingatlah bahwa selain memahami dan menyenangkan orang lain, kamu juga perlu menjaga keseimbangan dalam hidupmu. Tetapkan prioritas yang jelas mengenai pekerjaan, waktu pribadi, dan hubungan sosial. Dengan menetapkan batasan dan prioritas, kamu akan lebih mampu menjaga kesehatan mental dan fisikmu.

7. Terus Berkembang

Selain itu, penting untuk selalu mengembangkan diri dan belajar dari pengalaman. Mengatasi sifat “people pleaser” adalah langkah dalam proses pertumbuhan pribadi. Dalam lingkungan kerja dan kehidupan secara keseluruhan, selalu ada tantangan dan hambatan. Dengan terus berkembang, kamu akan lebih mampu menghadapi tantangan ini dengan lebih baik.

Kesimpulan

Dalam menjalani kehidupan sosial dan bekerja dalam lingkungan yang melibatkan interaksi dengan orang lain, menjadi “people pleaser” bisa memberikan dampak negatif pada kesejahteraan pribadi. Meskipun niatnya baik untuk memahami dan menyenangkan orang lain, perilaku ini dapat merugikan diri sendiri dalam jangka panjang.

Ciri-ciri People Pleaser mencakup selalu setuju dengan pendapat orang lain, merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain, kesulitan untuk mengatakan ‘tidak’, dan menghindari konflik. Seseorang dengan ciri-ciri ini sering kali mengabaikan kebutuhan dan keinginannya sendiri demi kebahagiaan orang lain.

Penyebab Seseorang Menjadi People Pleaser dapat berasal dari rasa kurang berharga, masalah kecemasan, keinginan untuk menghindari konflik, pengaruh budaya dan sosialisasi, ketidaksetaraan sosial, gangguan kepribadian, serta pengalaman trauma. Faktor-faktor ini dapat membentuk kecenderungan untuk selalu berusaha memenuhi harapan orang lain.

Namun, dampak negatif menjadi People Pleaser jelas terlihat. Seseorang mungkin menyusahkan diri sendiri dengan terlalu banyak mengorbankan waktu dan energi. Rasa tertekan dan kurang bahagia juga bisa muncul akibat mengabaikan kebutuhan pribadi. Selain itu, rentan terhadap kelelahan, dimanfaatkan oleh orang lain, serta penurunan integritas pribadi juga merupakan dampak negatif yang mungkin muncul.

Untungnya, terdapat beberapa cara yang dapat diambil untuk mengurangi sifat People Pleaser. Mengajarkan diri untuk berkata ‘tidak’, meningkatkan kepercayaan diri, mengingat dampak buruk yang mungkin muncul, meminta bantuan dengan percaya diri, berbicara dengan orang lain, dan tetapkan prioritas adalah beberapa langkah yang bisa membantu mengatasi kecenderungan ini.

Sebagai kesimpulan, penting untuk memahami bahwa menjaga keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain adalah kunci untuk hidup yang sehat dan bahagia. Merawat diri sendiri dan memiliki integritas dalam interaksi sosial akan membantu menciptakan hubungan yang seimbang dan berkelanjutan, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.

Pertanyaan Umum

Q: Apa penyebab seseorang menjadi people pleaser?
A: Penyebab seseorang menjadi people pleaser dapat berasal dari rasa kurang berharga, masalah kecemasan, keinginan untuk menghindari konflik, pengaruh budaya dan sosialisasi, ketidaksetaraan sosial, gangguan kepribadian, serta pengalaman trauma.

Q: Bagaimana cara saya mengatur diri supaya tidak menjadi seorang people pleaser?
A: Anda dapat mengatur diri untuk tidak menjadi people pleaser dengan belajar untuk mengatakan ‘tidak’, meningkatkan kepercayaan diri, mengingat dampak buruk yang mungkin terjadi, meminta bantuan dengan percaya diri, berbicara dengan orang lain, dan menetapkan prioritas dalam kehidupan.

Q: Apakah people pleaser buruk?
A: Meskipun memiliki niat baik, perilaku people pleaser bisa memiliki dampak negatif pada kesejahteraan pribadi. Mengorbankan kebutuhan dan keinginan sendiri demi kebahagiaan orang lain dapat merugikan diri sendiri dalam jangka panjang.

Q: Apakah people pleaser gangguan mental?
A: People pleaser sendiri bukanlah gangguan mental dalam istilah medis, tetapi perilaku ini bisa berhubungan dengan gangguan kepribadian tertentu seperti gangguan kepribadian dependen. Namun, menjadi people pleaser bukan berarti seseorang pasti memiliki gangguan mental.

Q: Apa itu Social pleaser?
A: Social pleaser adalah istilah yang merujuk kepada individu yang selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain dalam konteks sosial. Mereka cenderung mengorbankan kebutuhan pribadi demi mendapatkan persetujuan dan pujian dari orang lain.

Q: Apa itu people pressure?
A: People pressure mengacu pada tekanan yang muncul dari lingkungan sosial atau dari orang lain untuk berperilaku atau mengambil keputusan tertentu. Hal ini bisa mempengaruhi seseorang untuk berperilaku sebagai seorang people pleaser.

Q: Apa itu penyakit Personality Disorder?
A: Gangguan kepribadian (Personality Disorder) adalah kelompok kondisi mental yang ditandai oleh pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang tidak sehat dan konsisten. Beberapa jenis gangguan kepribadian mungkin memiliki hubungan dengan perilaku people pleaser.

Q: Apa yang dimaksud dengan borderline?
A: Borderline mengacu pada gangguan kepribadian borderline (Borderline Personality Disorder), yang ditandai oleh pola emosi yang tidak stabil, hubungan antarpribadi yang intens, serta perubahan citra diri yang cepat. Meskipun terkait dengan perilaku sosial tertentu, tidak semua orang dengan gangguan ini menjadi people pleaser.

Mengenali, Dampak dan Cara Mengatasi Menjadi People Pleaser