Tidak seperti masyarakat di belahan dunia barat yang menganggap aneh konsumsi jeroan hewan, di Indonesia hampir tiap bagian dari hewan dapat diolah menjadi sesuatu yang lezat dimakan, termasuk jeroan. Soto babat, paru balado, hingga rujak cingur, siapa tak kenal menu khas Indonesia yang bahan utamanya adalah jeroan.
Alasan utama pelarangan konsumsi jeroan bagi mereka dengan masalah kesehatan tertentu, adalah tingginya kandungan kolesterol dan purin didalamnya. Tapi apa benar makan jeroan sebegitu berbahaya sehingga tidak baik dikonsumsi oleh orang yang kesehatannya tidak terganggu?
Selain mengkhawatirkan kadar kolesterol atau asam urat jika mengonsumsi jeroan, banyak yang menghindari jeroan karena beberapa organ seperti ginjal, dan hati menyaring toksin sehingga kotor dan tidak aman untuk dikonsumsi. T
Tapi ternyata, jeroan menawarkan nutrisi bermanfaat yang tidak ditemukan dari daging yang biasa dikonsumsi. Meskipun baik untuk kesehatan, kita tetap perlu waspada dalam konsumsi jeroan.
Manfaat jeroan
Anda tidak salah baca, benar bahwa jeroan mengandung nutrisi yang tidak terdapat pada daging dari otot hewan. Berikut nutrisi yang dapat Anda peroleh dari bagian jeroan tertentu:
– Hati: Kandungan zat besi dalam hati lebih tinggi dibanding bayam atau daging. Selain besi, hati juga mengandung hampir semua vitamin dari A, B, C dan D. Vitamin C adalah sesuatu yang langka ditemukan dalam sumber protein hewani.
– Ginjal: Rendah lemak dan tinggi zat besi, ginjal sangat baik untuk wanita yang menderita anemia namun tidak ingin gemuk. Ginjal juga merupakan sumber terbaik dari antioksidan selenium yang mencegah kerusakan jaringan dan perbaiki fungsi tiroid.
– Jantung: Jeroan dengan kandungan protein tertinggi, bahkan lebih tinggi dari yang ada pada ginjal. Makan satu porsi jantung memenuhi kebutuhan zat besi harian Anda. Jantung juga mengandung selenium, zinc dan semua varian vitamin B.
– Lidah: Mengandung tiga kali lebih banyak zat besi daripada steak, dan tujuh kali lebih banyak vitamin B12. Lidah juga mengandung vitamin C.
– Babat: Banyak yang tidak tertarik makan babat karena teksturnya yang menyerupai handuk, namun babat adalah sumber protein yang rendah lemak dan kalori. Meskipun nutrisi pada babat tidak setinggi jeroan yang lain, ini satu-satunya jeroan yang mengandung kalsium, walau hanya sepertujuh dari kebutuhan sehari-hari Anda.
– Otak: Meskipun makan banyak otak tidak membuat Anda lebih pintar, jeroan ini mengandung vitamin B3, B12, dan C.
Yang perlu diwaspadai
Walau jeroan bisa menjadi alternatif sumber protein hewani dengan masing-masing manfaatnya, tidak dapat dipungkiri bahwa protein dalam jeroan tinggi akan purin, salah satu zat pemicu asam urat dan batu ginjal. Dibanding daging merah, kadar purin dalam jeroan jauh lebih tinggi. Tidak semua bagian jeroan tinggi akan kolesterol seperti yang diwanti-wanti oleh pakar kesehatan. Yang meningkatkan kadar kolesterol pada jeroan adalah teknik pemasakannya.
Salah satu cara paling favorit mengonsumsi jeroan adalah dengan dibuat sop atau soto. Ini karena jeroan membutuhkan proses masak yang cukup lama agar empuk. Dalam proses merebus bagian jeroan akan menghasilkan bau yang cukup amis. Untuk membantu menghilangkan bau tidak sedap ini, ditambahkan rempah-rempah dan santan kedalam kaldu. Selain mengurangi bau dari kaldu yang sedang dimasak santan menjadikannya lebih gurih. Tapi tidak hanya rasa yang ditingkatkan oleh santan. Ternyata santan juga meningkatkan kadar kolesterolnya dan semakin lama direbus semakin tinggi pula kandungan kolesterol jahat pada kaldu tersebut.
Kalau Anda ingin mendapatkan segala manfaat jeroan, tanpa merugikan kesehatan Anda, disarankan untuk memilih metode masak yang lebih sehat dan tidak menggunakan santan. Menggoreng jeroan juga tidak baik karena lemak jahat dari minyak panas mudah diserap oleh jeroan. Memanggang dalam oven dengan suhu yang rendah adalah salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengolah jeroan dengan aman.
By : Rinaldi Herdianto